Pihak usahawantani.com mempelawa semua petani penternak , nelayan dan peniaga berkaitan tani untuk menggunakan perkhidmatan blog usahawantani.com. Anda boleh mengiklan produk anda dilaman ini secara percuma . Marilah sama-sama kita memajukan industri asas tani ini . Hantarkan skrip atau banner iklan anda ke iklan@usahawantani.com Kami akan siarkan iklan anda di blog ini. Anda juga digalakkan untuk mendaftar sebagai pengguna laman usahawantani.com . Sebagai pengguna berdaftar anda akan sentiasa mendapat maklumat terkini dari kami . Sekian . Pentadbir @ Pulau Tawar Jerantut Pahang

26 May 2008

TERNAK CACING 3 : KOMPOSISI UNSUR-UNSUR TAHI CACING

MANFAAT UNSUR - UNSUR DALAM TAHI CACING

MANFAAT UNSUR-UNSUR HARA BUAT TANAMAN
1. NITROGEN ( N )
MANFAAT : Memacu pertumbuhan tanaman secara umum, terutama pada fase vegetatif, Berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain.
GEJALA TUMBUHAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Pertumbuhan tanaman lambat. Mula-mula daun menguning dan mengering, lalu rontok. Daum yg menguning diawali dari daun bagian bawah, lalu disusul daun bagian atas.
2. FOSFOR ( P )
MANFAAT : Membentu pertumbuhan protein dan miniral yg sangat tinggi bagi tanaman. Bertugas mengedarkan energi keseluruh bagian tanaman. Merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar. Mempercepat membungaan dan pembuahan tanaman. Serta mempercepat pemasakan biji dan buah.
GEJALA TUMBUHAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun bawah berubah warna menjadi tua atau tampak mengkilap merah keunguan. Kemudian menjadi kuning keabuan dan rontok. Tepi daun, cabang, dan batang berwarna merah keunguan. Batang kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan buah. Jika sudah terlanjur berbuah ukurannya kecil, jelek, dan lekas matang.
3. POTASIUM ( K )
MANFAAT : Membantu pembentukan protein, karbohidrat dan gula. Membantu pengankutan gula dari daun ke buah. Memperkuat jaringan tanaman, serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.
GEJALA TANAMAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun mengkerut atau keriting, timbul bercak-bercak merah kecoklatan lalu kering dan mati. Perkembangan kar lambat. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, jelek, dan tidak tahan lama.
4. KALSIUM ( Ca )
MANFAAT : Mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang. Membantu keberhasilan penyerbukan. Membantu pemecahan sel. membanti aktivitas beberapa enzim pertumbuhan. Serta menetralisir senyawa dan kondisi tanah yang merugikan.
GEJALA TANAMAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Tepi daun muda mengalami krorosil, lalu menjalar ke tulang daun. Kuncup tanaman muda tidak berkembang dan mati. Terdapat bintik hitam pada serat daun. Akar pendek. Buah pecah dan bermutu rendah.
5. MAGNESIUM ( Mg )
MANFAAT : Membantu pembentukan klorofil, asama amino, vitamin, lemak dan gula. Berperan dalam transportsi fosfat dalam tanaman.
GEJALA TANAMAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun tua mengalami krorosis, menguning dan bercak kecoklatan, hingga akhirnya rontok. Pada tanaman yg menghasilkan biji akan menghasilkan biji yg lemah.
6. BELERANG ( S )
MANFAAT : Membantu pembentukan asam amino, protein dan vitamin. Membantu pembentukan bintil akar dan pertumbuhan tunas baru.
GEJALA TANAMAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun muda berwarna hijau muda, mengilap, tapi agak pucat keputihan, lalu berubah jadi kuning dan hijau. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus.
7. BORON ( Bo )
MANFAAT : Membawa kabohidrat keseluruh jaringan tanaman. Mempercepat penyerapan unsur kalium. Merangsang tanaman berbunga dan membantu proses penyerbukan. Meningkatkan kualitas produksi sayuran dan buah-buahan.
GEJALA TANAMAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Tunas pucuk mati dan berwarna hitam, lalu muncul tunas amping tapi tidak lama kemudian akan mati. Daun mengalami klorosis dimulai dari bagian bawah daun lalu mengering. Daun yg baru muncul kerdil dan akhirnya mati. Daun tuanya berbentuk kecil, tebal dan rapuh. Pertumbuhan batang lambat dengan ruas-ruas cabang yg pendek.
8. TEMBAGA ( Cu )
MANFAAT : Membantu pembentukan klorofil dan sebagai komponen dalam pembentukan enzim tanaman.
GEJALA TANAMAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI :Daun muda berwarna kuning layu dan tidak berkembang. pertumbuhan dan kesuuran tanaman terhambat secara keseluruhan.
9. KLOR ( CI )
MANFAAT : Berperan dalam pembentukan hormon tanaman. Meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman.
GEJALA TANAMAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Tanaman gampang layu, daun pucat ,keriput, dan sebagian mengering. Produktivitas tanaman rendah dan pemasakan buah lambat.
10. BESI ( Fe )
MANFAAT : Berperan pada proses-proses fisiologis tanaman, seperti proses pernapasan, pembentukan klorofil dan fotosintesis.
GEJALA TANAMAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun muda berawrna putih pucat lalu kekuningan, dan akhirnya rontok. Tanaman perlahan-lahan mati dimuali dari puncak.
11. MANGAN ( Mn )
MANFAAT : Membantu proses fotosintesis, dan berperan dalam pembentukan enzim-enzim tanaman.
GEJALA TANAMAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Pertumbuhan tanaman kerdil, daun berwarna kekuningan atau merah dan sering rontok. Pembentukan biji tidak sempurna.
12. MOLIBDENUM ( Mo )
MANFAAT : Fungsi sama seperti Cu, berperan sebaga pengikat nitrogen bebas udara untuk pembentukan protein, dan menjadi komponen pembentuk enzim pada bakteri bintil akar tanaman leguminose.
GEJALA TANAMAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun berubah warna, keriput dan melengkung seperti mangkuk. Muncul bintik-bintik kuning disetiap lembaran daun, dan akhirnya mati. Pertumbuhan tanaman terhenti.
13. SENG ( Zn )
MANFAAT : Mmebantu pembentukan auksin, klorofil, dan karbohidrat.
GEJALA TANAMAN YG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun berwarna kuning pucat atau kemerahan, muncul bercak-bercak putih di permukaan daun hingga akhirnya mengering, berlubang dan mati. Perkembangan akar tidak sempurna, sehingga pendek dan tidak subur.
( DARI BERBAGAI SUMBER )


usahawantani.com

Read more...

Ternak Cacing 2 : Modal







Modal yang diperlukan untuk permulaan ternak cacing ini tergantung berapa modal yang hendak di guna, karena dengan modal yang sedikit pun bapak sudah bisa, contoh bapak akan memulakan dengan jumlah cacing sebanyak 10 kg, yang pertama harus bapak lakukan adalah :1 . siapkan tempat cacing atau siapkan bekas cacing dengan ukuran minimal 60 cm x40cm, dan kotak ini bapak bisa buat dari kayu, plastik ataupun yang lainnya yang tersedia dan termurah cos nya menurut bapak sebanyak 10 unit.2 . siapkan juga rak tempat menyimpan bekas cacing tersebut sesuai dengan ukuran yang sesuai.3. siapkan media untuk cacing dan masukan media tersebut seberat 4kg untuk 1 kg cacing.4. setelah media semua terisi baru masukan benih cacing 10 kg tadi kedalam 10kotak yang sudah ada media masing-masing 1 kg.jadi sebetulnya modal tak perlu banyak dulu dan tempat pun bisa sedikit. kecuali bapak akan memulai dengan skala besar.

usahawantani.com

Read more...

Ternak Cacing 1

Diantara lebih dari 1800 jenis cacing yang dikenal oleh para ilmuwan ada dua jenis cacing yang biasa kita pakai di dalam budidaya cacing dan proses pembuatan pupuk organik, yaitu jenis Caing Lumbricus Rubellus dan Eisenia Fetida (cacing Tiger/harimau)
Cacing tanah jenis Lumbricus Rubellus adalah cacing tanah yang tergolong dalam kelompok binatang avertebrata (tidak bertulang belakang) yang hidupnya di tanah yang gembur dan lembab. Cacing ini adalah salah satu jenis cacing yang termasuk dalam kelompok cacing epigeic. Kedua jenis cacing ini sangat mudah untuk diternak ,selain itu perkembangbiakannya sangat cepat dibanding dengan jenis cacing lain.
Limbah kotoran sapi sangat bagus untuk pertumbuhan berat badan dan perkembangbiakan cacing lumbricus Rubellus. Apa bila kita masukan 1 kg cacing lumbricus Rubellus pada satu kotak yang berisi media campuran 1 kg serbuk gergaji yang telah kita rendam dalam air dengan tujuan untuk menghilangkan getah dan bau, dengan 3 kg kotoran sapi yang sudah lama atau sudah menghitam. Lalu kita berikan pakan dari ampas tahu atau ampas aren, maka dalam jangka waktu dua minggu cacing tersebut akan bertelur.
Setelah terlihat telurnya matang atau terlihat kekuningan, kita pisahkan antara cacing induk dengan telornya, induknya kita simpan kemedia yang baru dan telor yang berada dimedia tadi kita biarkan selama kurang lebih dua minggu, maka telor tersebut akan menetas setelah menetas baru kita kasih pakan secara rutin, dalam waktu satu bulan kemudian atau paling lambat 6 minggu cacing tersebut telah jadi dewasa dan siap bertelur seperti induknya.
Sementara itu, Induknya yang sudah bertelur, setelah dua minggu kemudian dia akan bertelur lagi. Terus begitu, bila pakannya bagus induk cacing tersebut setiap dua atau tiga minggu sekali ia akan bertelur. Dalam dua bulan dia akan menghasilkan empat keturunan, bila kita punya induk sebanyak 100kg dalam dua bulan kita akan punya 800kg calon anak cacing, bahkan bisa saja lebih karena setiap satu butir telur cacing lumbricus rubellus berisi 4 ekor anak cacing.
Cacing tanah menyimpan banyak khasiat. Kenyataannya, banyak orang yang mengonsumsinya untuk menyembuhkan beberapa penyakit, tanpa efek samping.
Menurut para ahli cacing Lumbricus Rubellus mengandung kadar protein sangat tinggi sekitar 76%. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan daging mamalia (65%) atau ikan (50%).Beberapa penelitian telah membuktikan adanya daya antibakteri dari protein hasil ekstrasi cacing tanah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif Escherichia coli, Shigella dysenterica, Staphylococcus aureus dan Salmonella thyp,Dari berbagai sumber para ahli dan pakar cacing mengatakan bahwa banyak sekali manfaat dan khasiat dari cacing tanah ini . Diantaranya untuk :
Sembuhkan TypusMenurunkan kadar kolesterolMeningkatkan daya tahan tubuhMenurunkan tekanan darah tinggiMeningkatkan nafsu makanMengobati infeksi saluran pencernaan seperti typus, disentri, diare, serta gangguan perut lainnya seperti maagMengobati penyakit infeksi saluran pernapasan seperti: batuk, asma, influenza, bronchitis dan TBCMengurangi pegal-pegal akibat keletihan maupun akibat reumatikMenurunkan kadar gula darah penderita diabetesMengobati wasir, exim, alergi, luka dan sakit gigi. (diolah dari beberapa sumber).

usahawantani.com

Read more...

04 May 2008

Projek Ternakan Ikan Keli Dalam Kanvas + Omega 3

Maklumat berkaitan Projek Ternakan Ikan Keli Dalam Kanvas



Kandungan Omega 3 terdapat dalam ikan keli, biasanya minyak inihanya terdapat dalam ikan di laut dalam.



Aliran tunai projek yang disediakan oleh Jabatan Perikanan.



Analisis kos pemakanan ternakan ikan keli/unit kanvas


sumber ini adalah dipetik dari blog usahawantani kelantan . terima kasih . harap anda mendapat manafaatnya.







usahawantani.com

Read more...

Lebih Omega 3 daripada ikan keli

KOTA BHARU: Jika anda penggemar ikan air tawar, ikan keli mungkin menjadi salah satu pilihan utama dalam menu harian anda.Kini di pasaran terdapat sejenis ikan keli yang diberi nama ikan keli Omega 3 yang mengandungi asid lemak Omega 3 lebih banyak daripada ikan keli biasa.Pengurus Operasi Kumpulan Siswazah Perikanan, Nik Mohd Firdaus Nik Daud berkata, bagi ikan keli biasa, kandungan Omega 3 hanya 0.02 peratus sahaja jika dibandingkan dengan ikan keli Omega 3 yang mengandungi 2.3 hingga 2.5 peratus asid lemak tersebut."Ikan keli Omega 3 ini berbeza kerana kami membuat sendiri makanannya dengan menggunakan rumusan khusus yang mengandungi tepung ikan, tepung kanji, kacang soya, minyak ikan, campuran vitamin, mineral dan minyak sawit," katanya ketika dihubungi BERNAMA.Nik Mohd Firdaus berkata, setakat ini Kumpulan Siswazah Perikanan bekerjasama dengan Universiti Malaysia Terengganu (UMT) dalam membuat kajian mempertingkatkan kualiti bahan makanan ikan keli Omega 3.Ikan itu kini dibiakkan di pusat pembiakan ikan keli di Bukit Belah, Machang dekat sini.
Ikan Keli Omega 3 mempunyai kandungan asid lemak Omega 3 yang tinggi yang datang dari sumber makanan ikan iaitu fitoplankton.Menurut Nik Mohd Firdaus, asid lemak Omega 3 banyak terdapat dalam minyak walnut, plankton marin dan ikan yang berlemak."Kebaikan asid lemak Omega 3 ialah ia dapat mengurangkan risiko penyakit barah dan jantung. Minyak ikan yang terdapat di dalam ikan keli Omega 3 itu dapat mengurangkan ketidakstabilan denyutan jantung," kata beliau.Dengan itu, asid lemak ini boleh mengurangkan risiko kematian kerana sakit jantung, jelas Nik Mohd Firdaus lagi.Ia juga dapat mengurangkan pembekuan darah iaitu punca utama sakit jantung dan mengurangkan kandungan kolesterol di dalam badan.Selain itu ikan keli Omega 3 juga baik untuk pertumbuhan otak dan pembesaran kanakkanak, kerana kandungan DHA yang terdapat di dalamnya."Ini kerana otak manusia biasanya memerlukan lebih daripada 20 gm DHA. Tahap DHA yang rendah berkait rapat dengan paras serotonin rendah yang boleh mengakibatkan tekanan jiwa," kata Nik Mohd Firdaus.Oleh itu pengambilan Omega 3 yang terdapat di dalam ikan keli ini mempunyai banyak kebaikan.
Ternakan dalam kanvas
Ikan keli Omega 3 ini diternak melalui kaedah ternakan di dalam kanvas yang mana ia merupakan satu kaedah baru yang dihasilkan oleh Kumpulan Siswazah Perikanan dengan kerjasama Jabatan Perikanan Kelantan.Teknologi ternakan ikan keli ini berkonsepkan pengurusan yang mudah, murah dan dilihat mampu memberikan pulangan yang baik kepada penternak.Setakat ini Kelantan merupakan perintis bagi ternakan ikan keli dalam kanvas dan ia merupakan produk pertama yang seumpamanya yang dihasilkan di Malaysia.Kaedah ternakan ini hanya mengambil tempoh selama 90 hari sahaja untuk proses pembesaran sebelum ia boleh dipasarkan.Kaedah ternakan berkonsepkan kanvas ini bakal membuka lembaran baru dalam bidang pemasaran ikan keli di negara, kata Nik Mohd Firdaus.
Harga lebih mahal
Dari segi pemasaran, harga ikan keli Omega 3 ini mahal sedikit jika dibandingkan dengan harga ikan keli yang biasa, namun kualitinya terjamin.Nik Mohd Firdaus menjelaskan, jika dibandingkan dengan ikan keli biasa yang terdapat di pasaran, ia belum tentu terjamin kualitinya terutama dari segi pemakanan kerana terdapat pengusaha ikan keli yang menggunakan bahan terlarang.Harga di pasaran bagi ikan keli Omega 3 ini bagi harga borong ialah RM3 satu kg manakala harga runcit pula ialah RM6 setiap kg.Kini, pelbagai produk yang berasaskan ikan keli Omega 3 telah dihasilkan seperti sardin, serunding dan bebola ikan.

usahawantani.com

Read more...

Minat ternak ikan keli melalui televisyen


BATU PAHAT 24 April - Bermula daripada menonton sebuah program pertanian di televisyen, akhirnya Mohd. Selamat, 69, mengambil keputusan untuk menternak ikan keli.
Bermodalkan kira-kira RM40,000, dia membina 10 buah kolam di Kampung Sungai Kalong Getah, Senggarang di sini.
Menurutnya, dia memilih untuk memelihara ikan keli menggunakan kolam daripada kaedah kanvas setelah bertanya pada beberapa penternak ikan keli yang lain.
Ujarnya, kanvas perlu diganti dalam tempoh empat tahun, sementara kolam kekal dan menjimatkan kos.
Katanya, membeli anak benih ikan keli dari Kuantan dengan harga 10 sen seekor dan kini terdapat kira-kira 65,000 ekor yang ditambah dari semasa ke semasa.
"Sekali menternak 20,000 ekor ikan keli dan baru-baru ini saya telah berjaya menjual hampir 5,000 ekor ikan iaitu kira-kira satu tan.
"Seekor ikan keli mempunyai berat kira-kira 200 gram. Sebenarnya, umur ikan itu belum cukup tempohnya dan kalau ikut jadual, selepas tiga bulan baru dituai," katanya yang memulakan projek itu sejak Januari lalu.
Menurutnya, memelihara ikan keli memang mudah kerana setiap hari ia hanya perlu diberi makan dedak dua kali iaitu pada pagi dan petang.
Bagaimanapun, dia mengakui penternakan itu berisiko tinggi kerana tidak semua anak benih akan membesar.
Katanya, daripada 20,000 anak benih, kira-kira 15,000 ekor yang membesar.
Selain itu, antara masalah yang sering dialami dalam memelihara ikan keli adalah penggunaan air.
"Masalah timbul bila musim panas kerana kolam yang dibina untuk salurkan air ke kolam akan kering. Bila air kolam kering, saya terpaksa menggunakan air paip," katanya.
Mohd. yang sering dikunjungi oleh pegawai pejabat perikanan berkata, dia memasar ternakannya kepada para pemborong di Pasar Selayang dan orang perseorangan.

usahawantani.com

Read more...

Catfish farmers wriggling as prices jump

VIET NAM - The price of tra and basa catfish has leaped to VND1,500/kg in the past month, but the opportunity for a bigger profit may be tempting some farmers to breach existing export contracts in favour of new buyers.
Tra and basa catfish are currently fetching VND15,200–15,500/kg in the Cuu Long (Mekong) Delta provinces, with prices expected to soar to VND16,000 later this year. High global demand, as well as input costs, have driven the price increases, said Buu Huy, deputy director of the An Giang Food and Agricultural Produce Import-Export Co (AFIEX). Export prices have increased too , to US$3 – 3.40/kg, up from only $2.7/kg a month earlier. Farmers regularly grapple with rising input costs and high rates of losses in raising the fish, averaging about 40 per cent, so some are reportedly willing to breach contracts now to take advantage of the higher prices their fish can fetch. An Giang Fish Processing Association chairman Phan Van Danh said that a mechanism to control the export prices should be implemented and some level of assurance of co-operation between exporters to ensure stable pricing. Such co-operation would help enterprises build share information, expand export markets, lift quality of export products and stabilise prices, said Nguyen Huu Dung, the vice chairman of the Viet Nam Fisheries Export and Processing Association. Fisheries expect to ship 1.2 million tonnes of tra and basa catfish abroad this year, netting roughly $1.2 billion, a 20 per cent increase
usahawantani.com

Read more...

US revises anti-dumping duties on Vietnam catfish



The US has amended the anti-dumping duties on catfish imports from Vietnam, the Mekong Fresh Fish Committee said adding the changes were drastic.
The Department of Commerce (DOC) ruled that the penal tax on giant tra and basa catfish exporter, Vinh Hoan Company, would be cut sharply to 6.81 percent from an earlier 36.84 percent.
But for another company, Cataco, it had increased the tax to a whopping 80.88 percent from 45.81 percent but had offered no explanations.
Vinh Hoan and Cataco were two of four Vietnamese companies that had agreed to cooperate when the US originally undertook the anti-dumping action against catfish imports in 2002.
The other two, Agrifish and Nam Viet Ltd., Co, were slapped with tariffs of 47.05 percent and 53.68 percent respectively.
Seven smaller exporters pay taxes ranging from 45.55 to 63.88 percent.
All the other rates now remain unchanged.
However, Ngo Phuoc Hau, chairman of the Mekong Fresh Fish Committee, said local exporters ignored the DOC’s actions since their products were in demand in the EU, Middles East, Russia, and Asia.
Admittedly, it was the US anti-dumping action which forced the Vietnamese businesses to explore other markets and diversify into exporting fresh fillet products and value-added products which fetch higher profits.
Catfish orders worth more than US$100 million poured in from the EU and other markets at the end of last year, a rise of 75 percent year-on-year.
Exports to other markets too rose, especially to ASEAN member-countries, according to the Vietnam Association of Seafood Exporters and Processors. They were worth nearly $40million, up 70 percent.
Vietnam targets annual tra and basa exports of US$800 million by 2010.
Source: Tuoi Tre – Translated by Ha Viet


usahawantani.com

Read more...

Vietnam’s Catfish Farmers: Off The Hook

Vietnam’s Catfish Farmers: Off The Hook
HANOI, Dec 27 Asia Pulse - The Association of Catfish Farmers of America (CFA) and US catfish processors have removed the names of 27 Vietnamese tra and basa exporters from the list of companies subject to the fourth administrative review, according to the Vietnam Association of Seafood Exporters and Producers (VASEP).
On August 31, 2007, the plaintiff in the catfish dumping lawsuit informed the US Department of Commerce (DOC) of the names of Vietnamese companies subject to the fourth annual administrative review.
However, the law firm Akin Gump Straus Hauer & Feld LLp, representing the plaintiff, sent a letter on December 20 to the DOC Secretary, announcing that the plaintiff has agreed to remove the names of 27 Vietnamese companies from the list. The DOC will conduct an administrative review of tra and basa exports to the US by Vietnamese companies between August 1, 2006 and July 31, 2007.
The 27 Vietnamese companies which have been removed from the list of those subject to review are: Afiex An Giang; Agifish; Anvifish Co., Ltd; Basa Co., Ltd; Cataco; Caseamex; Cafatex; Caseafood; CL-Fish Co., Ltd; Seaprodex Da Nang; Coseafex; East Sea Seafoods Joint Venture Co., Ltd; Gepimex 404; limited companies: Hai Nam, Hai Vuong, Hoan An, Hung Vuong, Kim Anh; Mekongfish; Nam Viet (NAVICO); Ngoc Thai; South Vina; Vietnam Fish-One Co., Ltd; Vinh Hoan (ong Thap); Vinh Hoan Corporation; Imex Cuu Long and Vinh Quang Fisheries Corporation.
All other companies named on the August 31, 2007 list will be subject to the fourth review.
The US catfish farmers brought suit against Vietnamese filet tra and basa producers five years ago, the result of which was the DOC’s decision to impose anti-dumping tax rates on Vietnamese companies’ exports. Every year, the DOC conducts an administrative review of named exporters, which decides appropriate tax rates for the companies.
Despite the anti-dumping tax rates imposed on exports to the US, Vietnam is still able to export a large volume of catfish globally, with turnover nearly reaching the US$1 billion level.
The demand for catfish keeps increasing on the world market. Exports to Russia, the second biggest market for Vietnam’s tra and basa fish, resumed after food hygiene problems were settled. Vietnam’s export products now meet the strict requirements set by major importers (the EU, US, Russia and Australia).
In the first three quarters of 2007, the EU remained the biggest importer of tra and basa from Vietnam, consuming 46.2 per cent in terms of quantity and 49 per cent in terms of export turnover. Russia is the second biggest export market for Vietnam’s catfish, followed by ASEAN countries, the US, Ukraine and Mexico.

usahawantani.com

Read more...

Vietnam Firm to Make Biofuel From Catfish Fat

HANOI - Vietnamese catfish processor and exporter Agifish plans to turn catfish fat into fuel to run diesel engines, a company official said on Monday.
"We are planning to commercialise the fuel based on the result of pilot tests," Agifish Deputy Director Nguyen Dinh Huan told Reuters.
Huan said Agifish has been using the fuel, made from fat left over from processing, to run pumps at its fish ponds in the Mekong Delta province of An Giang in southern Vietnam.
"The fuel is as good as diesel oil," he said.
He said samples of the catfish fuel had been sent for tests at laboratories in Ho Chi Minh City for quality checks and government approval.
The state-run Tien Phong (Vanguard) newspaper on Monday quoted Ho Xuan Thien, the chief engineer of the project, as saying the firm planned to build a 10,000-tonne-per-year factory in 2007 to mass produce the fuel for domestic markets.
Thien said a kilogramme of catfish fat could produce 1.13 litres of biofuel.
Vietnam produces around 30,000 tonnes of catfish annually, mainly for exports to the United States and Europe.
Agifish's products range from canned catfish through pre-cooked breaded fillets to sweet-and-sour fish prepared in clay containers. Although Vietnam is Southeast Asia's third largest crude oil producer after Indonesia and Malaysia, it still relies on oil product imports for fuel because it lacks major refineries.
Agifish shares were quoted on Monday at 72,500 dong (US$4.54) per share on the country's main stock exchange, the Ho Chi Minh City Securities Trading Center, unchanged from Friday. (US$1=15,962 dong)
usahawantani.com

Read more...

US 'catfish war' defeat stings Vietnam

HO CHI MINH CITY - Vietnamese exporters and officials are still smarting from an unfavorable ruling on the country's huge catfish exports to the United States - and the painful lessons it teaches when it comes to the perils of freer trade and a market economy. A week after Vietnam lost what has been called the "catfish war" between the country and the United States, strong protests continue to spread across Vietnam, not just among business people and officials but also in local media. "It's totally unfair and does not reflect the objective fact," said Phan Thuy Thanh, spokeswoman for Vietnam's foreign minister. "The application of unfair protective barriers to Vietnam's tra and basa catfish exports to the US over the protest of public opinion - including American opinion - shows the increasing tendency to protect domestic production in the United States." She was reacting to the July 23 ruling by the US International Trade Committee (ITC), which found that the importation of Vietnamese catfish had caused losses to the US market, and subsequently imposed higher tariffs on imports from Vietnam. In recent years, the United States has become the biggest importer of Vietnamese catfish, importing 13,000 tonnes valued at US$38.3 million in 2001. The figure increased to 18,300 tonnes, worth $55.1 million, between January and November 2002. The ITC's ruling, made after a 40-second vote, clears the way for the slapping of stiff duties - 37-64 percent and retroactively - proposed earlier by the US Department of Commerce. Before the lawsuit, catfish import duties were just 5 percent. Last month, the US Commerce Department itself ruled that Vietnamese fillets have been "dumped" or sold in the US market at unfairly low prices. The new tariffs will come into force by July 30, 2003. "It's not us but them that are unfair," the chairman of Vietnam's Association of Seafood Exporters and Processors (VASEP), Nguyen Huu Dung, said of the US catfish farmers and the government. Since the start of the "catfish wars" in 2002, VASEP has maintained that Vietnam's catfish exports are cheaper than US products because of cheaper labor and feed costs. At the core of the issue is resentment by US catfish farmers and processors, represented by the Catfish Farmers of America, who complained that Vietnam had captured 20 percent of the $590 million market for foreign catfish fillet by selling at prices below the cost of production. TCFA lobbied the US Congress to declare that out of 2,000 catfish types, only the US-born family named Ictaluridae could be called catfish. Vietnamese producers had to market their fish in the United States by using the Vietnamese terms of basa and tra. Later, US commerce officials initiated an anti-dumping case against Vietnamese catfish and declared Vietnam a "non-market" economy, one where the government seeks to determine economic activity largely through central planning, instead of market forces. The ITC last week followed suit, voting that the US catfish industry was hurt by Vietnam's unfair competition. For Vietnamese officials, the catfish issue shows how tough the going can get in the area of the free market, more than a decade after the country went down the road of doi moi or economic renovation. The ITC's ruling proves that "a small group of US catfish farmers could create pressure, forcing US public servants to distort truth and present falsified evidence, to apply trade protectionism, despite the so-called 'trade liberalization and fair competition' that US politicians often preach", Dung said in a VASEP statement. The statement quoted market analysts and economists from the US Precision Economics LLP and HM Johnson and Associates as affirming that imports of Vietnamese frozen catfish did not cause material harm to the US catfish industry. Andrew Forman, president of Infinity Seafoods Inc of Franklin, Massachusetts, and an importer of Vietnamese catfish, said the new tariffs are unfair and will not solve the problems US catfish farmers have been facing. "It is basic supply and demand," he said.For Vietnam, the new tariffs will cause lots of hardship, officials say. "The unfair ruling will create difficulties for thousands of catfish farmers and workers, as well as the catfish industry," Dung said. Some half-million Vietnamese live off the catfish trade in the Mekong Delta. Already, the catfish dispute has pushed down prices at An Giang province - the biggest producer of catfish in the delta - and threaten the livelihoods of thousands of farmers. Already, Prime Minister Phan Van Khai has called on traders to buy Mekong catfish at higher prices to help farmers. Vice Minister Nguyen Thi Hong Minh proposed that traders seal contracts with producers and assure them that they will buy their products at a minimum price of VND9,000 (56 US cents) a kilogram. Already, the Ministry of Fisheries has forecast that the dispute on Vietnamese catfish would affect the country's exports this year. It forecast that Vietnam's catfish exports to the United States would reach just $20 million this year, compared with $55 million in 2002. "Our error in the past few years was to focus too much on the US market. The Bilateral Trade Agreement makes us look through rose spectacles and forget the ill-fated side of that giant market," Dung said. "We should have studied the market thoroughly and known the rules of the game better." Indeed, "the fate of Vietnam's catfish offers a warning to poorer nations short on leverage in the world trading system: beware of what may happen if you actually succeed at playing by the big boys' rules", said a New York Times editorial on July 22. Nevertheless, an optimistic Dung says there is a bright side: the "catfish wars" helped promote basa and tra catfish on the world market. VASEP vice chairman Ngo Phuoc Hau supported Dung's assertion. He said Vietnamese catfish exporters and producers either have to raise US catfish or develop processing plants inside the United States, just as Japanese auto makers did successfully in the 1960s and 1970s. Seafood exporters have also been scouting new markets such as France, Russia, Canada, Sweden, Britain, Australia, China and Hong Kong. At the same time, Fisheries Ministry officials are busy reminding seafood exporters to watch out for another pending lawsuit in the United States - this time, against shrimp exports from Vietnam and other countries.
usahawantani.com

Read more...

Pengeluaran benih ikan dipertingkat




PENYELIDIKAN dan peningkatan pengeluaran benih ikan penting bagi menyokong perkembangan industri ternakan ikan dalam sangkar yang kini berkembang pesat sejak ia mula diperkenalkan di negara ini pada awal tahun 70-an.
Dianggarkan, negara memerlukan lebih 300 juta ekor benih ikan laut menjelang tahun 2010 bagi memenuhi sasaran pengeluaran hasil ternakan ikan laut sebanyak 100,000 tan metrik setahun. Menyedari hakikat ini Institut Penyelidikan Perikanan Pulau Pinang (IPP) mempelopori aktiviti penyelidikan pengeluaran benih di negara ini di bawah pengendalian Jabatan Perikanan Malaysia (JPM).
Ketua Pengarah JPM, Datuk Mohd. Mazlan Jusoh berkata, aktiviti penyelidikan teknologi pengeluaran benih ikan laut di Malaysia telah dimulakan jabatan itu sejak tahun 1982 lagi.
Bagaimanapun, mulai 1985, aktiviti penyelidikan dan pengeluaran benih ikan laut berpindah ke Pusat Pengeluaran dan Penyelidikan Ikan Laut (PPPIL), Tanjung Demong, Besut, Terengganu yang mula beroperasi pada tahun 1984.
Jelas beliau, sejak 1990 hingga Ogos 1998, pelbagai penyelidikan teknologi pengeluaran benih ikan laut telah berjaya dijalankan yang antara lain melibatkan spesies ikan kerapu biasa atau orange-spotted grouper, jenahak (golden snapper), siakap merah (mangrove red snapper), kerapu harimau (brown-marbled grouper) dan ikan bawal emas (golden pomfret).
''Hasilnya, beberapa buah hatcheri komersial swasta telah mula diwujudkan,'' katanya.
Beliau berkata demikian ketika menyambut kedatangan Timbalan Duta Jepun ke Malaysia, Masafumi Kuroki dan rombongannya dalam Media Study Tour '99 ke PPPIL baru-baru ini.
Lawatan itu antara lain bagi meninjau perkembangan terkini pusat itu yang turut mendapat khidmat kepakaran teknikal dan kewangan dari kerajaan Jepun di bawah kelolaan Agensi Kerjasama Antarabangsa Jepun (JICA). Di fahamkan, kerajaan Jepun menerusi JICA telah menyumbang sekitar 1.431 bilion yen (RM4.511 juta) pada 1990 dan 1991 bagi membantu pembangunan PPPIL.
Selain itu, Jepun turut menyumbang kira-kira RM8.5 juta antara tahun 1992 hingga 1997 dalam pembangunan penyelidikan perikanan di Jabatan Pengurusan dan Pembangunan Sumber Ikan Laut (MFRDMD). Ini termasuk menempatkan beberapa orang pakarnya di dalam pelbagai bidang berkaitan.
Menurut Mohd. Mazlan, pada masa ini terdapat kira-kira 20 buah hatcheri swasta dan kerajaan di seluruh negara (termasuk 3 buah di Sarawak dan 2 buah di Sabah).
Bagaimanapun, jelas beliau kebanyakan daripada pusat itu hanya terlibat dalam pengeluaran benih siakap yang purata pengeluaran benih bersaiz 7.5 sentimeter (sm) dan ke atas (saiz yang sesuai untuk dimasukkan ke dalam sangkar ternakan), kurang daripada 500,000 ekor bagi setiap hatcheri.
''Jumlah pengeluaran benih keseluruhannya kurang daripada 10 juta ekor setahun berbanding keperluan sebenar benih-benih ikan laut dalam negara pada ketika ini yang dianggarkan sekitar 40 juta ekor,'' katanya.
Selain itu, terdapat juga dua buah hatcheri swasta yang mampu mengeluarkan benih-benih bagi lain-lain spesies ikan laut selain siakap. Misalnya, hatcheri swasta di Kedah berjaya mengeluarkan siakap merah daripada telur-telur yang dikeluarkan sendiri.
Begitu juga dengan sebuah hatcheri swasta di Pulau Pinang yang berjaya mengeluarkan sendiri siakap merah, jenahak dan kerapu biasa untuk dieksport ke Taiwan.
Sementara sebuah hatcheri di Johor pula telah mula menunjukkan minat untuk mengeluarkan benih bagi lain-lain spesies ikan laut termasuk kerapu harimau setelah berjaya dengan aktiviti asuhannya.
''Secara umumnya, hampir semua hatcheri yang sedia ada memerlukan pelbagai input teknologi bagi meningkatkan purata pengeluaran tahunan, mempelbagaikan spesies pengeluarannya dan mempertingkatkan kualiti benih yang dihasilkan,'' katanya.
Menurut Mohd. Mazlan, input teknologi juga diperlukan untuk menggalakkan pertumbuhan hatcheri supaya sentiasa seimbang dengan perkembangan industri ternakan ikan laut dalam negara dan serantau yang kini turut dipelopori oleh Thailand.
Jelas beliau, pengeluaran benih ikan laut boleh dilakukan dengan menggunakan pelbagai kemudahan atau sistem ternakan iaitu:
* Semiinsentif iaitu menggunakan kolam-kolam tanah yang popular di Taiwan.
* Insentif iaitu menggunakan tangki-tangki dengan sistem terbuka yang popular di Jepun, dan
* Superinsentif iaitu menggunakan tangki-tangki dengan sistem tertutup yang popular di Eropah.
Setiap sistem mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, tetapi sejauh mana kelebihan boleh mengatasi kelemahan, bergantung kepada sejauh mana kini mampu menguasai dan menggunakan teknik-teknik pengurusannya, katanya.
Mohd. Mazlan berkata, pengeluaran benih ikan laut di PPPIL adalah berdasarkan sistem insentif menggunakan tangki-tangki konkrit dan fibreglass yang diletakkan di luar dan di dalam bangunan.
''Bagaimanapun, teknologi itu boleh diubah suai kepada sistem semiinsentif menggunakan kolam-kolam tanah atau separa konkrit.
Secara terperinci, teknik-teknik pengeluaran benih ikan laut terbahagi kepada:
* Teknik pembangunan dan pengurusan induk.
* Teknik pengeluaran telur secara semulajadi atau taruhan.
* Teknik ternakan rega dan
* Teknik asuhan benih.
Kesemuanya (teknik-teknik di atas) meliputi aspek-aspek pemakanan, kesihatan dan pengendalian.
1. Teknik pembangunan dan pengurusan induk.
Kaedah ini melibatkan aspek menyedia, mengendali dan menguruskan induk-induk ikan laut daripada peringkat benih hingga matang dalam sangkar atau tangki.
Ia melibatkan teknik-teknik pemilihan induk berasaskan kriteria tumbesaran yang cepat dan ketahanan terhadap penyakit serta bebas dari kecacatan fizikal dan genetik. Pemilihan dibuat bagi memastikan benih-benih yang dihasilkan lebih berkualiti.
2. Teknik pengeluaran telur secara semula jadi dan aruhan.
Kaedah ini melibatkan pengurusan induk di dalam tangki bagi mengeluarkan telur secara semula jadi melalui manipulasi persekitaran. Kaedah pembiakan aruhan melalui suntikan hormon pembiakan tertentu (contoh HCG, Lh-Rha dan lain-lain), hanya akan dilakukan setelah terbukti pengeluaran telur secara semula jadi tidak boleh berlaku kerana faktor spesies atau persekitaran yang tidak optimum.
Ia juga meliputi teknik-teknik bagi mengubah jantina ikan (dari betina kepada jantan) khususnya bagi sesetengah spesies ikan kerapu yang secara semula jadi kekurangan individu jantan di dalam populasinya.
3. Teknik Ternakan Rega.
Kaedah ini melibatkan ternakan rega mulai dari umur 0-hari (selepas menetas) hingga tamat proses metamorfosis atau mencapai saiz 2.5-3.0 sentimeter (sm) iaitu kira-kira 40-50 hari bagi kebanyakan spesies.




usahawantani.com

Read more...

Daftar Ahli Usahawantani

Followers

IKLAN 1

Ruang iklan untuk disewa

IKLAN 2

Ruang Iklan untuk disewa
PELUANG KERJASAMA

Pihak Portal Usahawantani.com dan Akademi Usahawantani sedang dalam proses menyemak dan menilai kembali kursus-kursus UsahawanTani yang dianjurkan oleh pihak kami . Kami menjemput semua pengusaha-pengusaha yang berpengalaman ATAU baru dalam mengendalikan kursus-kursus usahawantani untuk berkerjasama atau menjadi panel kami . Sila hantarkan proposal anda kepada Pengurus Akademi UsahawanTani di email akademi@usahawantani.com . Maklumat yang mesti ada dalam proposal anda ialah :
1. Nama Anda / Syarikat
2. Alamat
3. Bidang UsahaTani
4. Kandungan Kursus
5. Bilangan Hari
6. Kos Kursus
7. Lokasi Kursus
8. Pengalaman
9. Cadangan kaedah kerjasama (option)


Daftar Ahli Usahawantani

Borang Pendaftaran

Nama
Email
No Handphone (e.g 019-1234567)
Lokasi (e.g Bandar/Negeri)
Image Verification
captcha
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ]


Nota : Selepas menekan butang 'Daftar' sila lihat email anda untuk kepastian bahawa pendaftaran anda telah diterima oleh pihak kami.

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP